Friday, December 30, 2011

Si Kabayan yang Setia

Setia pada budaya lokal
Menurut Hidayat Suryalaga, salah seorang budayawan sunda ada beberapa "NG" yang jadi ciri khas urang Sunda. Di antaranya adalah Ngibing: bisa menari, Ngahariring: jago nyanyi, Ngaji: jago ngaji (akan dibahas pada point setia pada agama) Ngadalang: menjadi dalang atau seni peran dan pertunjukan dan NG2 yang lain yang saya tidak ingat semuanya. Kecintaan terhadap seni dan kreativitas menjadi menu utama yang (seharusnya) diajarkan keluarga kepada anak-anaknya. Dengan mencintai seni, anak akan mencintai budaya, dan menghayati filosofi di balik budaya itu.

Setia pada negara
Ketika Ibukota pindah ke Jogjakarta, Pasukan Siliwangi dengan sukarela menaati perintah hijrah. Meskipun sebenarnya bisa saja pasukan Siliwangi ini membelot menjadi kekuatan besar yang memisahkan diri dari NKRI. Peristiwa ini diabadikan dalam syair tembang gubahan Mang Koko:

[Bulan téh langlayangan peuting
nu ditatar dipulut ku tali gaib
entong salempang mun kuring miang
ditatar ti Tatar Sunda
dipulut nya balik deui ka dieu
ieuh, masing percaya.] x 2
[Bedil geus dipéloran
granat geus disoréndang
ieu kuring arék miang
jeung pasukan Siliwangi
ka Jogja hijrah taat paréntah.] x
2
[Bulan téh langlayangan tineung
nu ngoleang dipulut ku angin gaib
entong salempang mun kuring anggang
kapirarai tanah Sunda
kacipta mun balik enung mapagkeun
ieuh, di dora lembur.] x 2
[Bedil geus dipéloran
granat geus disoréndang
ieu kuring arék miang
jeung pasukan nusaati
ka wétan muru bijil balebat.] x 2


Menurut Abdullah Mustapa, salah seorang budayawan Sunda, Umar Wirahadikusuma berhasil mengamankan Ibokota saat situasi genting tahun 50an (?), dan dia bisa saja berperan seperti Gorbacev di Rusia yang memanfaatkan situasi dengan mengambil alih tampuk kepemimpinan, karena kunci ada di tangannya. Tapi kesetiaan pada negara sellau menjadi prioritas urang Sunda, Umar Wirahadikusuma menyerahkan kunci Jakarta pada negara, dan dia menghilang sebagai pahlawan yang tak menuntut pujian.

Setia pada kemanusiaan dan persamaan
Kesetiaan pada budaya lokal tidak dibarengi oleh kebencian pada budaya lain atau rasisme. Dalam grup-grup bodoran sunda, selalu ada tokoh-tokoh yang berasal dari suku lain. Misalnya Babah Holiang tokoh Cina dan Mas Sastro tokoh Jawa dalam grup Kang Ibing dan Aom Kusman. Anugerah Rancage yang digagas Ajip Rosidi bukan hanya diberikan pada budayawan Sunda, tapi pada semua budayawan lokal di Indonesia. Ketika mengembara, urang Sunda didorong untuk memahami bahasa dan tatakrama budaya setempat.

Setia pada orangtua
Kang Ibing pernah bercerita bahwa ke manapun ia akan pergi, ia selalu meminta restu ibunya, bahkan ketika Kang Ibing sudah tua, karena tetaplah ia seorang anak. Urang sunda mengenal filosofi "Indung nu ngandung bapa nu ngayuga" 

Setia pada keuarga
Kabayan adalah sosok suami yang setia pada istrinya, yaitu Nyi Iteung. Cintanya tak pernah dibagi pada yang lain. Kalau ada stereotype bahwa orang Sunda suka nyandung alias poligami, itu entah dari mana asalnya :)

Setia pada agama
Suku Sunda adalah salah satu suku di Indonesia yang begitu cepat menyerap Islam ketika masuk ke nusantara. Mungkin karena sistem kepercayaan orang sunda yang sejalan dengan teologi Islam, dan juga nilai-nilai akhlak yang sejalan. Bahkan sejumlah ahli budaya mengatakan bahwa ketika bicara sunda maka secara otomatis bicara tentang Islam. Tentu saja dengan beberapa pengecualian, karena ada beberapa sub etnik yang mereka memilih untuk menyingkir karena tak mau memeluk Islam dan tetap memluk agama leluhur. Namun baik yang menerima maupun menolak, semua berjalan dengan damai. Tak ada pemaksaan. Kasus penyerangan warga Ahmadiyah yang kebanyakan terjadi di Jawa Barat menjadi cukup mengherankan pada konteks ini.

Hampir semua pesan yang disampaikan dalang melalui cerita-cerita pewayangan kini disisipi pesan-pesan keagamaan seperti jimat "kalimusyada" yang menjadi senjata utama diambil dari "kalimat syahadat". Jika kita simak Asep Sunandar Sunarya mendalang, maka kita akan melihat bahwa dia seperti seorang ulama dengan ilmu agama yang dalam yang menyamar jadi dalang. Dari sejumlah "NG"yang jadi ciri urang Sunda adalah "NGaji", semua keluarga Sunda hampir dipastikan menjadikan mengaji sebagai menu utama bagi anak-anaknya.

Dalam bidang tasawuf, si Kabayan mengajarkan filosofi hidup yang sangat dalam. Nanti akan saya bahas pada posting berikuntya.

No comments:

Post a Comment