Friday, December 30, 2011

Tiket Premiere From Ciganitri to New York City

Trailer Filmnya

Asalnya judulnya dari Cijagra to New York, tapi biar berima ujung nya "i" diganti jadi
"From Ciganitri to NewYork City"

The Jarambah

Mang Singgih, lahir di Cicalengka, 46 tahun di New York

Saya suka tema kontradiski budaya untuk tema film dokumenter saya. Mang Singgih orang Buahbatu yang kini tinggal di New York City itu salah satu bentuk kontradiksi. Karena kosmologi orang Sunda itu tak jauh dari tema tanah priangan. Makanya saya sangat bersemangat untuk menemui dan mewawancarai Mang Singgih. (lebih lengkap ttg Mang Singgih, nantikan filmya tanggal 1 januari 2012, di YouTube)

Di kalangan masyarakat Sunda ada istilah "jarambah". Istilah ini untuk menggambarkan anak yang suka main jauh melewati radius wajar untuk usianya. Radius ini akan terus bertambah luas seiring dengan usianya. Waktu belum lahir, radius kita cuma di perut ibu, waktu balita, merangkak tak jauh dari pangkuan ibu, sedikit saja mendekati pintu atau dapur, Ibu kita akan segera mengambil tubuh kita dan disimpannya di pangkuannya. Waktu SD saya sering tergoda untuk ikut main bersama kakak saya yang SMP, radius main mereka jauh sampai ke Bandara Husen Sastranegara melihat pesawat terbang atau menyusuri rel kereta dan membuat pisau-pisauan dari paku yang digilas roda kereta.

Radius jarambah saya masa SD

Radius jarambah remaja

Waktu kecil dulu, sering ada ungkapan, "tong ulin jeung si eta, jarambah!" (jangan main dnegan si anu dia itu kalau suka terlalu jauh). Para orangtua sering juga menakut-nakuti "awas loba culik" (awas banyak culik) agar anaknya tidak jarambah. Jadi jarambah itu semacam perbatasan imajiner. Jika kita melampui itu maka kita cross border dan siap dicap jarambah, dan itu negatif. 

Radius Jarambah masa mahasiswa

Mungkin karena konsep jarambah inilah kerajaan Sunda tak pernah expansi, wilayah mereka tak jauh dari Bogor, Galuh dan sekitarnya. Sementara Majapahit expansi hingga Malaka, Sriwijaya hingga Asia Tenggara, dan Bugis hingga Madagaskar dan Australia. Kabayan yang pergi ke kota saja sudah jadi berita heboh, bahkan dibuat film segala "Kabayan Saba Kota". Jadi semacam konvensi bahwa orang Sunda itu puas tinggal di tanah priangan yang identik dengan pesawahan dengan kecapi suling sebagai soundtrack nya. Mereka bangga bahwa tanah priangan diciptakan tuhan sambil tersenyum, orang Sunda tak mau menjadi murung di negeri orang lain. 

Radius jarambah sebelum usia 25 tahun


Jarambah itu turunan
Secara iseng-iseng, saya mengamati teman-teman yang jarambah. Ternyata 9 dari 10 yang saya amati memiliki sejarah keluarga yang jarambah. Misalnya Maulama Muhammad Syuhada, (aktivis angklung di Eropa yang pernah diwawancarai di Kick Andy) yang kini S3 di Inggris. Waktu di pesantren dia sering bercerita tentang masa SDnya di Belgia karena ayanya kuliah di sana. Yudi Nurul Ihsan kakak kelas saya di pesantren yang sekarang S3 di jerman, ayahnya adalah KH Aminudin Shaleh yang sering kliling timur tengah dan Afrika untuk memotret. Suatu kali dia pernah memperlihatkan foto-foto Mekkah dan foto Firaun dari Mesir melalui slide projector di sebuah pengajian (20 tahun lalu tak ada ustaz yang pake projector). Saya terkagum-kagum melihatnya. Yudhi Surjoatmodjo, mantan program manager di British Council Jakarta bekerja dan kuliah di berbagai negara, setelah ditelusuri, ternyata ayahnya seorang diplomat, sejak kecil hingga remaja dia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya. Zahir teman saya di Bandung, sekarang selalu saja ada acara konferensi di timur tengah, dan eropa, ternyata di lahir dan besar di Mekkah. Rafki, rekan saya sesama penerima beasiswa Ford yang kini kuliah di Australia, ternyata waktu kecil dia tinggal di sana bersama orangtuanya. Eric dan Krissy Lincoln teman saya orang amerika kini tinggal di Indoensia, ternyata duluuu sekali orangtua mereka pernah tinggal di Indonesia. Jadi kejarambahan orangtua kita seolah menjadi cetak biru untuk kejarambahan anaknya di masa mendatang. 

Radius jarambah sebelum 35 tahun (sekarang)

Jika kebetulan orangtua Anda bukan seorang yang jarambah, maka anda bisa memulai tradisi jarambah dari sekarang, agar anak Anda menjadi jarambah. Semua kitab suci mengajarkan umatnya untuk pergi melihat luasnya dunia agar kita memiliki perspektif yang luar. Wasiiiruu fir alrdi wanddhur kaifa kaana 'aaqibatul lilmukadzibiin (keliling dunialah, dan pelajari bagaimana akibat bagi yang dialami orang-orang masa lalu yang berdusta). Karena itulah di ruang tamu, saya memasang peta dunia agar anak saya bisa punya cita-cita untuk jarambah. Ayah Wimar Witoelar adalah kelaurga sederhana, tapi dia selalu menganggarkan untuk mengajak anak-anaknya pergi ke berbagai daerah dan negara (bukan untuk belanja) untuk memberikan perspektif yang luas kepada mereka.

Radius Jarambah sebelum 45 tahun nanti

Nabi Muhammad sudah melakukan perjalanan dagang internasional pada usia 12 tahun. Imam Buchori melakuakn perjalanan dari negara bagian Rusia hingga jazirah Arab. Ibnu Batutah adalah penjelajah sejati yang rute perjalananya berlipat kali dibanding Columbus. Catatan perjalanan Batutah menjadi manuskrip penting bagi sejarah dunia. 

Rute perjalalanan Ibnu Batutah


Irwan Ahmett, Desainer dan seniman, asli Ciamis, tinggal di jakarta, kini keliling dunia irwanahmett.com

Irfan AmaLee
Dec, Boston

Si Kabayan yang Setia

Setia pada budaya lokal
Menurut Hidayat Suryalaga, salah seorang budayawan sunda ada beberapa "NG" yang jadi ciri khas urang Sunda. Di antaranya adalah Ngibing: bisa menari, Ngahariring: jago nyanyi, Ngaji: jago ngaji (akan dibahas pada point setia pada agama) Ngadalang: menjadi dalang atau seni peran dan pertunjukan dan NG2 yang lain yang saya tidak ingat semuanya. Kecintaan terhadap seni dan kreativitas menjadi menu utama yang (seharusnya) diajarkan keluarga kepada anak-anaknya. Dengan mencintai seni, anak akan mencintai budaya, dan menghayati filosofi di balik budaya itu.

Setia pada negara
Ketika Ibukota pindah ke Jogjakarta, Pasukan Siliwangi dengan sukarela menaati perintah hijrah. Meskipun sebenarnya bisa saja pasukan Siliwangi ini membelot menjadi kekuatan besar yang memisahkan diri dari NKRI. Peristiwa ini diabadikan dalam syair tembang gubahan Mang Koko:

[Bulan téh langlayangan peuting
nu ditatar dipulut ku tali gaib
entong salempang mun kuring miang
ditatar ti Tatar Sunda
dipulut nya balik deui ka dieu
ieuh, masing percaya.] x 2
[Bedil geus dipéloran
granat geus disoréndang
ieu kuring arék miang
jeung pasukan Siliwangi
ka Jogja hijrah taat paréntah.] x
2
[Bulan téh langlayangan tineung
nu ngoleang dipulut ku angin gaib
entong salempang mun kuring anggang
kapirarai tanah Sunda
kacipta mun balik enung mapagkeun
ieuh, di dora lembur.] x 2
[Bedil geus dipéloran
granat geus disoréndang
ieu kuring arék miang
jeung pasukan nusaati
ka wétan muru bijil balebat.] x 2


Menurut Abdullah Mustapa, salah seorang budayawan Sunda, Umar Wirahadikusuma berhasil mengamankan Ibokota saat situasi genting tahun 50an (?), dan dia bisa saja berperan seperti Gorbacev di Rusia yang memanfaatkan situasi dengan mengambil alih tampuk kepemimpinan, karena kunci ada di tangannya. Tapi kesetiaan pada negara sellau menjadi prioritas urang Sunda, Umar Wirahadikusuma menyerahkan kunci Jakarta pada negara, dan dia menghilang sebagai pahlawan yang tak menuntut pujian.

Setia pada kemanusiaan dan persamaan
Kesetiaan pada budaya lokal tidak dibarengi oleh kebencian pada budaya lain atau rasisme. Dalam grup-grup bodoran sunda, selalu ada tokoh-tokoh yang berasal dari suku lain. Misalnya Babah Holiang tokoh Cina dan Mas Sastro tokoh Jawa dalam grup Kang Ibing dan Aom Kusman. Anugerah Rancage yang digagas Ajip Rosidi bukan hanya diberikan pada budayawan Sunda, tapi pada semua budayawan lokal di Indonesia. Ketika mengembara, urang Sunda didorong untuk memahami bahasa dan tatakrama budaya setempat.

Setia pada orangtua
Kang Ibing pernah bercerita bahwa ke manapun ia akan pergi, ia selalu meminta restu ibunya, bahkan ketika Kang Ibing sudah tua, karena tetaplah ia seorang anak. Urang sunda mengenal filosofi "Indung nu ngandung bapa nu ngayuga" 

Setia pada keuarga
Kabayan adalah sosok suami yang setia pada istrinya, yaitu Nyi Iteung. Cintanya tak pernah dibagi pada yang lain. Kalau ada stereotype bahwa orang Sunda suka nyandung alias poligami, itu entah dari mana asalnya :)

Setia pada agama
Suku Sunda adalah salah satu suku di Indonesia yang begitu cepat menyerap Islam ketika masuk ke nusantara. Mungkin karena sistem kepercayaan orang sunda yang sejalan dengan teologi Islam, dan juga nilai-nilai akhlak yang sejalan. Bahkan sejumlah ahli budaya mengatakan bahwa ketika bicara sunda maka secara otomatis bicara tentang Islam. Tentu saja dengan beberapa pengecualian, karena ada beberapa sub etnik yang mereka memilih untuk menyingkir karena tak mau memeluk Islam dan tetap memluk agama leluhur. Namun baik yang menerima maupun menolak, semua berjalan dengan damai. Tak ada pemaksaan. Kasus penyerangan warga Ahmadiyah yang kebanyakan terjadi di Jawa Barat menjadi cukup mengherankan pada konteks ini.

Hampir semua pesan yang disampaikan dalang melalui cerita-cerita pewayangan kini disisipi pesan-pesan keagamaan seperti jimat "kalimusyada" yang menjadi senjata utama diambil dari "kalimat syahadat". Jika kita simak Asep Sunandar Sunarya mendalang, maka kita akan melihat bahwa dia seperti seorang ulama dengan ilmu agama yang dalam yang menyamar jadi dalang. Dari sejumlah "NG"yang jadi ciri urang Sunda adalah "NGaji", semua keluarga Sunda hampir dipastikan menjadikan mengaji sebagai menu utama bagi anak-anaknya.

Dalam bidang tasawuf, si Kabayan mengajarkan filosofi hidup yang sangat dalam. Nanti akan saya bahas pada posting berikuntya.